Dua tahun bukanlah waktu yang cukup lama bagiku untuk
melupakannya. Dia begitu sempurna di mataku. Dia yang mengenalkanku apa itu
arti cinta namun dia juga yang memberitahuku bagaimana sakitnya cinta itu.
Cukup lama ku menahan
rasa ini. Hidup dengan perasaan yang menyiksa dan kegalauan ini. Mungkin ada
yang mengira aku berbohong, terobsesi, enggak laku, mengkhayal atau apalah itu.
Namun aku tak perduli. Iksan memang ada dan aku menyayanginya. Mudah bagiku
menyukai seseorang namun tidak untuk mencintai dan menyayanginya.
Pada 20122012 lalu
aku kembali menjalin hubungan kembali dengan Iksan yang sebelumnya sempat putus
pada 16022011. Kami menjalani hubungan layaknya seperti pacaran dahulu.
“Hidupku telah kembali” kata itulah yang menghiasi hariku selama
kami kembali pacaran.
Tetapi tidak setelah
malam itu datang. Malam yang menjadi malam penuh penyesalan bagiku namun juga
mungkin menjadi pilihan terbaik untukku.
“Kamu yakin nggak mau tahun baruan bareng aku?” Tanya Iksan
padaku melalui telepon seluler.
“Enggak doh san. Aku dirumah aja. Lagian ada teman aku yang datang.”
Jawabku.
Yah memang saat itu
ada Nike dan Kak Arju yang datang kerumahku.
“Yaudah deh enggak apa. Aku lagi di jalan nih. Entar aku telfon
lagi ya sayang.” Ucapnya lalu menutup
telepon.
Masih segar dalam
ingatanku indahnya saat-saat itu.
“Apakah Iksan juga benar-benar mencintaiku seperti aku
mencintainya?” pikirku dalam hati dan mencoba memutar ulang kisah kami yang
sudah lalu. Aku enggak yakin hati Iksan masih seperti dahulu awal pertama kami
pacaran. Aku merasa ada yang berubah dari dirinya. Hingga akhirnya aku
melakukan hal itu.
“Ken, aku mau ngirim sms ini ke Iksan. Gimana?” tanyaku meminta
pendapat kepada Nike seraya memberikan handphoneku padanya.
“Kalau emang itu yang terbaik buat noni, yaudah kirimlah.” Ujar
Nike setelah membaca pesan di handphoneku.
Aku berfikir keras.
Aku memikirkan segala akibat yang akan terjadi nantinya. Tepat pukul 00.00 wib
tepatnya malam pergantian tahun baru aku mengirimkan sms itu. Sms yang berisi
bahwa aku akan move on dari dia. Aku bakal lupain dia. Sudah cukup aku sakit hati.
Aku dan dia enggak akan pernah menjadi kita.
“Bismillahirrahmanirrahim” aku menekan tombol send. Aku menunggu
balasan dari Iksan namun Iksan tidak membalas smsku itu.
Keesokan harinya aku terbangun dan aku menerima 1 pesan masuk
dari Muhammad Al Iksan.
“makasih ya.” Hanya itu yang Iksan kirim. Makasih ya tanda
titik. Tiada kata yang lain.
Semenjak saat itu aku
dan Iksan lost contact. Kami tiada berhubungan lagi. Namun harus kuakui aku
masih juga mencintainya. Aku kembali galau seperti dulu lagi. Berbulan-bulan
aku kembali galau.
Sampai suatu hari..
Hafizah teman sekelasku curhat kepadaku tentang pacarnya Rivai
yang baru saja putus dengannya. Aku jadi kembali teringat dengan Iksan. Kami
saling bertukar cerita. Ternyata pembicaraanku dengan Hafizah didengar oleh
Ibnu teman sekelasku juga. Ibnu mendekati kami dan menasehatiku. Sebenarnya
bukan menasehati melainkan marah, membentak dan menghina.
“Ngapain kau ingat Iksan tuh? Pernah dia buat kau tersenyum?
Pernah dia nunggu kau kayak kau nunggu dia? Disini kau setia nunggu dia tapi
apa dia tahu? Bodoh kau! Dia baik sama kau waktu pacaran aja kan? Sekarang apa
iya? Enggak kan?!” kata-kata Ibnu sangat dalam dan menusuk. Aku kesal. Aku
marah. Hingga akhirnya aku menangis.
“Iya aku yang bodoh yang udah nungguin dia. Aku yang terlalu
bodoh selama ini tapi kau gak berhak buat ngebentak-bentak aku!” Ucapku
tersedu.
Dalam tangis aku
berfikir dan memikirkan kata-kata Ibnu dan aku mulai tersadar. Benar semua yang
dikatakan Ibnu. Aku yang bodoh selama ini menunggu dan berharap yang enggak
pasti.
Bukan hanya Ibnu yang
marah denganku tapi juga abang angkatku yaitu Roby Rahmat Dino Pangestu yang
biasa dipanggil Bang Oby. Dia marah kepadaku yang selalu mengingat Iksan setiap
saat.
“Kan dia udah bilang move on dari kau. Ngapa juga masih kau
tunggu? Cowok ndak ada otak tuh juga kau harapkan.”
“Sadarlah dek kayak gini enggak ada gunanya.”
“Dengar yaa, semua cowok tuh kayak gitu otaknya. Aku pun kayak
gitu. Cowok itu sengaja php karena gengsi aja.”
“Pikirlah ndak. Buat apa coba setia sampai mampus? Ndak ada
gunanya. Aku jujur lebih brengsek dari mantan kau tuh dek. Banyak yang aku
phpin. Anggap aja dia bukan jodoh kau.”
“Jangan diambil pusing. Ntar dia yang nyesal. Jangan mau kau
dipijak-pijak dek.”
Aku merenungi semua
kata-kata yang keluar dari mulutnya. Benar! Buat apa aku selama ini seperti
ini. Semua yang kulakukan hanya menyakiti diri dan bathinku saja. Mengharapkan
seseorang yang sebenarnya hanya akan menyakiti dan melukaiku.
Kini aku telah sadar.
Aku seharusnya bangkit. Aku harus Move On! Lupakan masa lalu yang suram itu.
Bangkit menatap masa depan. Terimakasih Ibnu. Terimakasih Bang Oby dan Terimakasih teman-teman .
Bye masa
lalu… Let’s Move On!!!
0 komentar:
Posting Komentar